Minggu, 04 Maret 2012

Perkembangan Seni Budaya

Kata "seni" adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur / Ketulusan jiwa". Namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan "ART" (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang atau karya dari sebuah kegiatan.

Berdasarkan penelitian para ahli menyatakan seni atau karya seni sudah ada kurang lebih sejak 60.000 tahun yang lampau. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding gua dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia Purba dengan manusia Modern adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Kalau manusia purba membuat karya seni sebagai penanda kebudayaan pada massanya. Sedangkan manusia modern membuat karya seni digunakan untuk kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya. Dengan kata lain manusia modern adalah figur yang ingin menemukan hal-hal yang baru dan mempunyai cakrawala berfikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian pada jaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis, karena memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan Tuhan.

Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama. Karya- karya seni yang ditinggalkan pada  masa pra-sejarah di gua-gua tidak pernah menunjukan identitas pembuatnya. Demikian pula peninggalan-peninggalan dari masa lalu seperti bangunan atau artefak di Mesir kuno, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia sendiri. Kalaupun  ada penjelasan tertentu pada artefak tersebut, hanya penjelasan yang menyatakan artefak tersebut di buat untuk siapa.

Dalam sejarah seni terjadi banyak pergeseran. Sejak jaman purba, basis-basis ritual dan kultis dari karya seni mulai terancam akibat sekularisasi masyarakat. Situasi keterancaman itu mendorong seni akhirnya mulai mencari otonomi dan mulai bangkit pemujaan sekular atas keindahan itu sendiri. Dengan kata lain fungsi seni menjadi media ekspresi, dan setiap kegiatan kesenian adalah berupa kegiatan ekspresi kreatif, dan setiap karya seni merupakan bentuk yang baru, yang unik dan orisinil. Karena sifatnya yang bebas dan orisinal akhirnya posisi karya seni menjadi individualistis.

Di era Kontemporer aturan-aturan yang telah ada seolah-olah dihancurkan, yang dulunya karya seni itu harus menyenangkan, sekarang malah bisa sebaliknya. Yang dulunya karya seni itu setidaknya masih mempertimbangkan etika sosial, etika agama atau etika-etika yang lain, namun sekarang mungkin semuanya itu bisa jadi hanya sebagai aturan usang. Kondisi ini terjadi karena seniman sudah berada pada titik jenuh. Jenuh pada lingkungannya atau pada sesutau yang telah ada, jenuh pada perlakuan pasar kapitalisme yang menurutnya terlalu radikal terhadap karya seni, yang sedikit-sedikit karya seni itu dinilai dengan nominal. Padahal karya seni itu sebelum dinilai adalah "nol". Selebihnya adalah makna, ide, representasi, rekreasi, acuan etik, dokumentasi "politik" dan "sejarah", perlawanan, luka, kekecewaan, paradigma, atau sekedar main-main belaka. Atau para seniman jenuh pada kritikus yang dalam kritiknya memberikan pemaknaan yang terlalu seenaknya sehingga esensi pesan dari karyanya menjadi tidak-karuan.

Di era kontemporer ini juga banyak lahir bentuk seni yang baru, misalnya : Klik Art, yang dalam pembuatannya seseorang tidak harus membuatnya dengan Hand Made (melukisnya sendiri). Dalam Klik Art ini siapa saja bisa membuat lukisan dengan memanfaatkan gambar yang ada atau lukisan orang lain yang mungkin di rubah atau ditambahi bahkan dikurangi. Net Art : adalah bentuk seni yang mana dalam pamerannya dilakukan diruang maya (Internet). Di net art bisa mengubah gambar atau mengurangi dan menambahnya. Video Art/video instalasi : video art ini tidak beda dengan seni instalasi yang mana dalam aktulisasinya seniman tersebut  memanfatkan teknologi telvisi yang terkoneksi dengan video, atau komputer, jadi pesan yang ingin di sampaikan si kreator itu di serahkan pada seonggok mesin, tapi kadang kreator juga menyertakan tubuhnya atau tubuh orang lain, yang sepertinya kita melihat itu mirip seni pertunjukan, namun ini bukan seni pertunjukan, karena masih ada unsur rupa-nya, namun juga bukan seni rupa  karana dalam video art ini unsur gerak, bunyi, dan sastra juga di pakai.

Posted by dyas sembilanoeloeh at 5:06:00 AM

 

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons